Seperti negara lain , Indonesia juga mencatat sejarah perkembangan seni ,
khususnya Seni Rupa , dari mulai zaman prasejarah sampai zaman sekarang ,
berikut ini kami sajikan tentang Pengetahuan dan Perkembangan Seni Rupa
di Indonesia.
A. Seni Rupa Indonesia bersifat :
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian
yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi
kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga
menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan
alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang
beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam
bahan untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan
seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber
atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa
Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme
yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu
menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang
kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu :
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara
(nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda
adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki
tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan
Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti
seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang
(Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak
(food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang
berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq,
meja batu dll
khususnya Seni Rupa , dari mulai zaman prasejarah sampai zaman sekarang ,
berikut ini kami sajikan tentang Pengetahuan dan Perkembangan Seni Rupa
di Indonesia.
A. Seni Rupa Indonesia bersifat :
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian
yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi
kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga
menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan
alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang
beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam
bahan untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan
seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber
atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa
Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme
yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu
menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang
kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu :
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara
(nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda
adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki
tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan
Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti
seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang
(Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak
(food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang
berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq,
meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung
nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari
kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung
berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada
dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya.
Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang
lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan
megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda
kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak
ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang,
kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan
teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak :
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak
ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang,
kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan
teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak :
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
C. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar
abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik.
Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur
(akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal).
Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap
dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses :
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja
(kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada
sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian
(Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan
Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati,
selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh Stupa Borobudur ( Borobudur
bukan bangunan candi , tetapi bangunan stupa karena dibangun oleh umat Budha )
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya
candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta : didirikan didekat / ditengah kolam, contoh
candi Belahan
- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya
candi Jalatunda
- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya
candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk
segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua
system dalam pengelempokan candi, yaitu :
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di
tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi Prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia ) yaitu induk candi berada di
belakang anak – anak candi, contohnya candi Penataran
2) Bangunan Pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali.
Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh
dari candi penataran yaitu :
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang
berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat
keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain:
Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi
(Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan
Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu
dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan
(laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan
empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu
laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak,
kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha,
Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda –
tanda kesucian, yaitu :
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang
dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan,
yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur
bangunan candi, contohnya :
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2. Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding
/ bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan
pada stupa Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas :
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan
perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu,
Stupa Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok
Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di
Stupa Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur
seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat
dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi
memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti
pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur
baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari,
candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak
dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya
dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari
batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali /
andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu,
candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa
Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia
seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain
patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh
darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus Raja.
Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi
di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak
mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun
patung hanya sebagai hiasan saja
4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur
a. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan
system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim
ada pula perwujudan manusia bisa
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman Singasari
bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumental
- Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian
belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh tubuh
menyerupai lidah api
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,
sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergaya
Wayang (distorsi)
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim ada
pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti motif
awan dan batu karang
D. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India,
Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan
kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai
media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya
dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan
seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media
seni wayang
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian
kepada Raja / Sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1). Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun
ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung
Demak dan Mesjid Agung Banten
2). Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat
kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang
dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
3). Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari
tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti
punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi
hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India
yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam
menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat
suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti
kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis,
maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi
(disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni
yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya
sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman
Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan
hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis
seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter
Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang
mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah,
Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta
yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S. Sujoyono, seangkan
anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita
pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat
menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia
Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini,
Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan
POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar
Dewantara dan KH. Mansur
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya :
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda
(SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI)
Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia)
yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang
dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru
Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe
Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan
jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal
maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria,
Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll
F. Aliran – Aliran Seni Lukis
Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh pesatya
perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori – teori baru itu
kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya,
maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni :
1. Klasikisime, cirinya : Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah
dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher
2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama,
bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata,
berkesan tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres
3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan
sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna
dan kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya.
Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll
4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek
lukisan tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan
kesibukan – kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner
5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis)
tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab
Albercth Durer
6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat
berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna,
pelukisnya : Claude Monet, Degas, Pisarro dll
7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan
efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat
8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang
dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan
warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent Van Gogh dan para pengikutnya:
Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn
9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai
susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek
lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya
Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger
10. Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan
bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla, Severini, dan Carlo Carra
11. Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di
dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni
rupa lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich
12. Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu,
menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee
13. Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya
terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador Dali, Marc Ghagall Joan Miro dll.
14. Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya
dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni, senimannya
Tom Waselman, Cristo dan lain – lain
15. Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan
bentuk – bentuk geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur rapih dan
terperinci dengan warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William
de Kooning dan Andy Warhol
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar
abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik.
Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur
(akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal).
Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap
dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses :
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja
(kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada
sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian
(Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan
Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati,
selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh Stupa Borobudur ( Borobudur
bukan bangunan candi , tetapi bangunan stupa karena dibangun oleh umat Budha )
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya
candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta : didirikan didekat / ditengah kolam, contoh
candi Belahan
candi Jalatunda
- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya
candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk
segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua
system dalam pengelempokan candi, yaitu :
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di
tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi Prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia ) yaitu induk candi berada di
belakang anak – anak candi, contohnya candi Penataran
2) Bangunan Pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali.
Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh
dari candi penataran yaitu :
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang
berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat
keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain:
Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi
(Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan
Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu
dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan
(laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan
empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu
laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak,
kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha,
Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda –
tanda kesucian, yaitu :
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang
dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan,
yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur
bangunan candi, contohnya :
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2. Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding
/ bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan
pada stupa Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas :
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan
perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu,
Stupa Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok
Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di
Stupa Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur
seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat
dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi
memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti
pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur
baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari,
candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak
dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya
dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari
batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali /
andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu,
candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa
Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia
seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain
patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh
darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus Raja.
Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi
di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak
mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun
patung hanya sebagai hiasan saja
4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur
a. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan
system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim
ada pula perwujudan manusia bisa
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman Singasari
bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumental
- Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian
belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh tubuh
menyerupai lidah api
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,
sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergaya
Wayang (distorsi)
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim ada
pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti motif
awan dan batu karang
D. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India,
Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan
kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai
media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya
dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan
seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media
seni wayang
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian
kepada Raja / Sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1). Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun
ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung
Demak dan Mesjid Agung Banten
2). Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat
kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang
dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
3). Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari
tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti
punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi
hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India
yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam
menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat
suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti
kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis,
maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi
(disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni
yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya
sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman
Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan
hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis
seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter
Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang
mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah,
Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta
yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S. Sujoyono, seangkan
anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita
pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat
menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia
4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai
kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini,
Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan
POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar
Dewantara dan KH. Mansur
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya :
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda
(SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI)
Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia)
yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang
dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru
Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe
Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan
jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal
maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria,
Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll
F. Aliran – Aliran Seni Lukis
Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh pesatya
perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori – teori baru itu
kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya,
maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni :
1. Klasikisime, cirinya : Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah
dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher
2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama,
bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata,
berkesan tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres
3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan
sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna
dan kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya.
Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll
4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek
lukisan tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan
kesibukan – kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner
5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis)
tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab
Albercth Durer
6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat
berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna,
pelukisnya : Claude Monet, Degas, Pisarro dll
7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan
efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat
8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang
dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan
warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent Van Gogh dan para pengikutnya:
Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn
9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai
susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek
lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya
Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger
10. Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan
bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla, Severini, dan Carlo Carra
11. Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di
dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni
rupa lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich
12. Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu,
menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee
13. Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya
terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador Dali, Marc Ghagall Joan Miro dll.
14. Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya
dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni, senimannya
Tom Waselman, Cristo dan lain – lain
15. Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan
bentuk – bentuk geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur rapih dan
terperinci dengan warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William
de Kooning dan Andy Warhol
Casino Restaurants & Nightlife - MapyRO
BalasHapusFind the best and most popular Casinos 여주 출장샵 in the United States with photos, videos, and 경상남도 출장마사지 more photos taken at MapyRO. Place a bet now 안산 출장샵 and hit 안성 출장안마 the 구리 출장마사지 jackpot!
joya shoes 071t4xouom201 joyaskodanmark,joyaskonorge,joyaskorstockholm,joyacipo,zapatosjoya,joyaschoenen,scarpejoya,chaussuresjoya,joyaschuhewien,joyaschuhedeutschland joya shoes 010i8sjvnu613
BalasHapus