Alhamdulillahirobbilalamin , Niken Rancangkapti Adiluhung dan team MBSI ( Marching Band Semen Indonesia - Gresik) menjadi Juara 1 pada kejuaraan Marching Band Asia Pasivic di Thailand (Thailand International Marching Band Festival 2014) , insya Allah pagi/siang ini akan diadakan penyambutan oleh pihak yang terkait
MGMP SENI BUDAYA INDONESIA adalah sarana untuk bersilaturrohim bagi Guru Seni Budaya Seluruh Indonesia khususnya dan Pemerhati Seni pada umumnya Tempat berbagi pengalaman , ilmu , saran-saran , ide-ide untuk peningkatan mutu pendidikan Seni Budaya di indonesia Kami dengan senang hati mengharapkan partisipasi sahabat semua Terima kasih
Kamis, 08 Mei 2014
Minggu, 27 April 2014
Ringkasan Sejarah KOES PLUS
Koes Bersaudara - Koes Plus
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Koes Plus - Kolam Susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Lagu Kolam Susu merupakan salah satu jawaban bagi mereka yang menuduh kumpulan anak-anak muda dari Tuban ini sebagai antek-antek kolonial yang suka menyanyikan irama musik ngak-ngik-ngok , ternyata mereka telah membuktikan diri sebagai anak-anak muda yang heroik dan nasionalisme tinggi
SUMBER: Majalah TOP No. 26
KOES PLUS memulai kisah perjalanannya yang panjang di dunia musik dengan band Teen Ager’s Voice yang dibentuk Tonny Koeswoyo sekitar tahun 1952. Setelah bertukar nama menjadi Irama Remaja dengan anggotanya Sophan Sophian ,band ini terpaksa dikubur kemudian berganti menjadi Koes & Bros. Dalam grup terbaru anak pak Koeswoyo itu terselip pula nama Jan Mintaraga yang sekarang dikenal sebagai pelukis komik.
Pada
tahun 1960 nama Koes & Bros dirubah menjadi Koes Bersaudara dengan
formasi Koestono Koeswoyo (melodi) , Koesnomo Koeswoyo (drum) , Koesjono
Koeswoyo (rhytem,vocal) , Koesroyo Koeswoyo (bass,vocal). Nama2 ini
kemudian dikenal sebagai Tonny , Nomo , Jon dan Jok : yakni 4 dari 9
putra-putri (yang seorang telah meninggal) pak Koeswoyo pensiunan
Departemen Dalam Negri.
Dua
tahun kemudian Koes Bersaudara mendapat kesempatan merekam lagu2nya
diperusahaan piringan hitam Irama milik Mas Yos (El-Shinta) dengan juru
rekamnya Freddy Bulek. Tidak kurang dari 20 lagu2 Koes Bersaudara
membombardir kehebatan “patah hati”nya Rahmat Kartolo yang waktu itu
menguasai pasaran musik Pop Indonesia. Dengan bermodalkan lirik dan
melodi yang sederhana , kuat dan komunikatif : anak2 pak Koeswoyo itu
berhasil menarik perhatian publik. Dalam bahasa iklan dapatlah dikatakan
perhatian pendengar beralih kepada mereka. Namanya terkatrol naik
ketempat teratas lewat lagu2 manis seperti : Dara manisku ,Bis
Sekolah , Pagi yang Indah , Telaga Sunyi da Kuduslah cintaku. Udara musik Indonesia
mulai dihimbau oleh keserasian duet Jon dan Jok yang mengingatkan orang
pada penyanyi Everly Brothers. Pengaruh “luar “ itu bukan saja hinggap
pada gaya nyanyi mereka tapi juga pada lagunya. Kita lihat misalnya lagu Di pantai Bali yang dijiplak mentah2 dari sebuah lagu Hawaii.
Koes Bersaudara di Tuban
Gaya main yang tenang mengasyikkan dari Koeswoyo Junior kian memanas ketika wabah Beatles merasuki mereka.Tonny , Nomo , Jon
dan Jok bergoyang2 diombang-ambingkan lagu Jhon Lennon cs. Tanpa
terbendung lagi mereka terbawa arus musik “ kontra revolosioner” hingga
masuk dalam kamar 15 penjara Glodok selama 3 bulan dan baru melihat
dunia bebas lagi 2 hari menjelang meletusnya Gestapu.
Pengalaman
pahit itu merupakan kenangan yang paling berharga dalam perjalanan
karirnya di dunia musik : yang disertai juga rasa bangga dihati Koes
Bersaudara, karena baru band merekalah yang mendapat kesempatan disebut2
dalam pidato kenegaraan Bung Karno. Dan itu terjadi pada 17 Agustus
1965: “…..Jangan seperti kawan2mu Koes Bersaudara. Masih banyak lagu2 Indonesia, kenapa musti Elvis-Elvisan?.....”
Oleh2
dari bui direkamnya dalam plat ebonite. Keluarlah lagu sendu seperti :
Mengapa hari telah gelap , Di dalam Bui , Balada Kamar 15 , Jadikanlah aku
dombamu, Voorman , Untuk ayah dan Ibu. Dalam periode itu nyata sekali
kelebihan mereka. Meski gaya
Beatles masih mengganduli Koes Bersaudara tetapi sebagian besar lagu2
yang lahir sesudah lepas dari bui itu terpengaruh oleh bule lain : Bee
Gees.
Dalam
rangkaian ini pula mereka menelurkan lagu2 berbahasa Inggris-nya seperti :
Tree little word, The Land of evegreen dan The Old Man.
Tahun2
1968-1969 merupakan saat2 surut bagi Koes Bersaudara. Perbedaan
pendapat yang diawali pada 1968 antara Tonny Koeswoyo dan adiknya Nomo
kian meruncing. Nomo yang rupanya berjiwa bisnis itu menginginkan agar
Koes Bersaudara tidak mengandalkan hidupnya pada musik melulu, harus ada
usaha lain. Pendapat ini tidak disetujui, akhirnya di tahun 1969 mereka
menempuh jalanya sendiri2. Nomo menjadi pedagang
Sedangkan Tonny bersama
adik2nya yang lain meneruskan karirnya di bidang musik. Lahirlah
kemudian nama KOES PLUS dengan Murry , Kasmuri , ( ex. Band Patas milik Kejaksaan )
sebagai faktor plusnya menggantikan kedudukan Nomo sebagai drumer.
Peralihan arah hidup Nomo kebidang dagang tidak berarti ia melepaskan diri seluruhnya dari musik.Kenangan manis bersama saudara2nya ternyata masih tetap menggayuti hatinya sampai sekarang. Perpaduan antara karir musik dan berbisnis terlaksana juga di
th 1974 dalam bentuk yang mencengangkan berbagai pihak. Kenangan masa
silam bersama Koes Bersaudara disalurkannya dengan membentuk Grup baru
yang diberi nama No Koes dan jiwa bisnisnya tersalurkan dengan
kedudukannya sebagai” pengusahan ” rekaman yang kini dikenal dengan nama
Yukawi. LP pertama No Koes
berjudul Sok Tahu benar2 mengingatkan orang pada Koes Bersaudara pada
jaman jayanya dulu. Kerinduan kembalinya Koes Bersaudara masih tetap
menjadi cita2 Nomo. Diakhir Juni 1975 yang lalu di Cisarua, hal ini
diungkapkan Nomo kembali:” saya yakin pada suatu saat Koes Bersaudara akan kembali dalam bentuk corporation”.
BERTEMU DAN BERPISAH
Penggantian
atribut menjadi KOES PLUS membawa Tonny kejenjang yang lebih dewasa.
Dibawah naungan nama KOES PLUS itulah beberapa lagunya menjadi
populer,antara lain: Kembali ke jakarta dan Derita: dimana Tonny mulai
menukarkan gitarnya dengan organ. Album ini disusul dengan album ke 2-nya yang mengorbitkan lagu2 Kisah
sedih dihari Minggu, Andaikan kau datang,Hidup yang sepi dan Rahasia
hatiku. Sayang album ini dirusak oleh lagu2 semacam pencuri hati,dan
jangan selalu marahyang yang lirik dan melodinya berantakan.
Kecenderungan memasukan unsur Jazz dimulai pada album ke2-nya , semakin jelas dialbum berikutnya. Dalam album ke-3 yang judul lagunya banyak menggunakan kata ” hati ” itu kita bisa mendengar lagu2: Selamat berpisah,Isi Hatiku, Hati yang suci dan Kasih yang suci. Di album inilah Murry memperlihatkan kemantapanya menabuh drum.
Dalam
jarak yang tidak terlampau jauh keluar lagi Album ke -4 KOES PLUS yang
memunculkan lagu2 ciptaan Jon (Jeritan hati , Termenung lesu , Bunga ditepi
jalan). Jok (Why do you love me , Jangan sedih dan kembalilah) serta Murry
dengan lagu ciptaanya Bertemu dan Berpisah.
Di
album ke-6 KOES PLUS melemparkan kepasaran kurang dari 6 lagu bersyair
bahasa Inggris, yang kesemuanya tidak memenuhi sasaran, yang perlu
dicatat disini mungkin hanya lagu Sonya yang dibuat Jok untuk orang yang
paling dekat dihatinya Sonya Tulaar,istrinya.namun lagu ini 3 tahun
kemudian 1974 menimbulkan kenangan pahit bagi Jok: sonya tewas akibat
kecelakaan mobil.
Pada
th 1972 KOES PLUS melakukan sesuatu yang baru dalam musiknya.
Eksperimannya dalam menonjolkan beat keroncong dan beat topeng yang
disisipkan tetabuhan,cukup menimbulkan rasa girang.Hal itu bisa kita
nikmati dari lagu2nya Kr. Pertemuan dan Mari-mari.Sampai dengan album
ini Tonny masih menyeret ciri bermanis2nya seperti yang terungkap dalam
lagu2: Malam yang indah,Manis dan sayang serta Nama yang manis.Dan untuk
kesekian kalinya KOES PLUS gagal membawakan lagu2 bersyair bahasa Inggris.
Bukan saja lagunya tidak sedap didengar telinga tapi juga lidah jawa
KOES PLUS tidak pernah klop dengan lagu2 berbahasa Inggris.” saya
selamanya segan nyanyi lagu2 Barat, tapi saya seolah dibayangi terus
oleh para penggemar kami yang menginginkan kami menyanyikan lagu
tersebut” ucap Tonny 3 tahun yang lalu.
Tahun 1973 ditandai
oleh adanya lingkungan hidup baru bagi grup paling beken di Indonesia
itu, yang ternyata membawa kecemerlangan materi bagi individu2 KOES
PLUS. Di Th 1973 itulah mereka pindah kandang dari fabrik PH Dimita ke
perusahaan rekaman Remaco. Perpindahan ini membawa pengaruh besar bagi
KOES PLUS: betapa tidak jika tadinya mereka terbiasa oleh sistem 2
track-nya Dimita kini mereka beralih menggunakan 4 track-nya Remaco
dengan headphone yang lebih gede dan anyar.
Untuk
pertama kalinya pada 23 Juli ’73 mereka mulai mencetak lagu2nya di
Remaco yang hasilnya dikenal sebgai LP VIII.Antara lain berisi
lagu2:Kolam Susu dan Nusantara II. Di Remaco inilah dimulai seri
Nusantara-nya Koes Plus.Sedangkan lagu Kolam Susu cukup diberi anggukan
kepala dari sekian banyak perbauran lagu2 KOES PLUS yang bergerak
diantara jalur mutu dan komersil.
Bagi
KOES PLUS hasil LP ini lebih dari cukup,yang membuat iri rekan2
seprofesi lainnya.Betapa tidak begitu selesai mereka merekam LP
VIII-nya, mobil Merc 220 model terakhir (waktu itu ) telah nongkrong
dalam garage markas KOES PLUS di Cipete, menggantikan kedudukan Fiat
1400-nya.
Melihat
Kolam Susu-nya orang tadinya berharap KOES PLUS menjadi pelopor sebagai
pembuat lagu2 yang berbobot dan komersil. Sebab dengan mendengarkan
Kolam susu KOES PLUS itu, segolongan anak muda mulai menaruh kepercayaan
akan omongan yang pernah dilontarkan Paul Simon bahwa: ” musik bukan
hanya sekedar teriak2 kosong anti perang, tapi musik sama halnya dengan
syair merupakan ekpresi pribadi, bukan produk dari suatu golongan
manapun monopoli orang2 industri atau cukong rekaman ”. Namun harapan
muluk yang digantungkan kepada Koes Plus itu lenyap disapu salju
Christmas Song 1973 yang teramat jelek.
Sejak
saat itulah roda mesin KOES PLUS diputar semakin cepat untuk memenuhi
target fabrikan. Dalam hitungan waktu yang amat pendek berhamburanlah
produk2 mereka: ada Pop jawa, Keroncong Pop,Pop anak2 dan Pop Melayu (
dimulai akhir Juli 1974 ) yang masing2 ber-
volume2. Belum lagi volume berikutnya:9,10,11,12 dan yang terakhir
vol.13 yang diseling lebih dulu oleh LP lagu2 berbahasa Inggrisnya (
Another song for you ) yang rusak.
Sebandingkah
antara hasil yang diperoleh KOES PLUS dengan ”Pengorbanan” tenaga,
pikiran dan perasaan yang dipertaruhkannya? Tanpa disadari mereka
sebenarnya hanya menjadi sapi perahan para cukong rekaman.Dilihat
sepintas lalu angka 5 juta yang disodorkan sebagai pelepas lelah
pembikinan sebuah LP memang besar. Tapi coba jumlah ini dibandingkan
dengan apa yang berhasil dikeduk si cukong itu.
Jika sebuah LP diproduksi sebanyak 100 ribu kaset seharga @ Rp.500,-
(harga eceran Rp.700,-) maka dalam hitungan kasar ia menghasilkan Rp. 50 juta. Perbedaanya terlalu menyolok. Ini namanya bukan symbiose tapi parasitis.
Selasa, 15 April 2014
CEK DATA DAPODIK 2014
Cek Data Guru NUPTK Dapodik P2TK Dikdas di http://223.27.144.195/info.php - Cara Verifikasi Data PTK dan Info Data PTK
Terbaru buat para guru yang ingin mengetahui kelengkapan data NUPTK, PTK
atau pun data Dapodik yang telah dikirim ke pusat dapat mengeceknya melalui
link baru website P2TK Dikdas. Bagi yang ingin mengetahui informasi SKTP 2013 dapat di cek pada Link Download Daftar Nama Penerima SKTP 2013.
Pengecekan
Data Guru atau Verifikasi Data PTK :
1. Kunjungi website Direktorat P2TK Dikdas http://223.27.144.195/info.php
Jika berhasil masuk maka akan menemukan halaman login
Verifikasi Data PTK seperti dibawah
ini.
Jika alamat diatas sulit diakses, cobalah mirror link
dibawah ini sebagai alternatif :
1.
http://223.27.144.195:8083/info.php
2.
http://223.27.144.195:8082/info.php
3.
http://223.27.144.195:8081/info.php
2. Masukkan username=No NUPTK anda dan
password=Tanggal lahir anda
Misalnya nomor NUPTK saya adalah 0847755656300022 dan tanggal lahir 15 Mei 1977 maka untuk
passwordnya harus diketik 19770515.
Format pengetikan password adalah YYYYMMDD.
3. Jika anda berhasil login, selanjutnya akan tampil Info Data PTK secara lengkap.
4. Selanjutnya cek Data NUPTK anda yang terdiri dari
20 isian (field), Rincian Jam Mengajar, Status NUPTK dan Status Kelulusan
Sertifikasi anda. Data yang ditandai dengan warna merah artinya data-data yang
belum valid atau belum diverifikasi. Keterangan yang muncul seperti Tidak valid, Belum sesuai,
Warning, Fatal
dan lain-lain.
5. Tips jitu: Pengalaman pribadi nih, sebaiknya print
tampilan layar data PTK anda sehingga hasil print tersebut bisa anda
perlihatkan pada operator di Dinas Pendidikan atau di sekolah anda untuk dasar
perbaikan datanya. Pada browser Firefox saya terinstall addons Awesome
Screenshot sehingga saya bisa melakukan capture screenshot pada layar browser
secara full page atau halaman penuh.
Data-data yang ditampilkan pada website ini tidak
dapat anda rubah secara langsung. Anda dapat menghubungi atau meminta bantuan
operator pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dimana anda berada serta mengecek
data Dapodik yang dikirimkan oleh operator sekolah ke server pusat melalui
aplikasi. Jadi semua data yang dikirim intinya harus sinkron atau sama.
Pengalaman isteri saya sendiri, kesalahan data bisa terjadi karena data pada
sekolah lama belum dihapus. Karena lokasi mengajar isteri saya sekarang bukan
lagi sebagaimana SK pengangkatan awal atau sudah pindah lokasi tugas.
Semoga informasi Cek Data Guru NUPTK Dapodik P2TK Dikdas di http://223.27.144.195/info.php ini
bisa bermanfaat dan membantu bapak ibu guru semua.
Saat ini anda sedang membaca artikel Cek Data Guru NUPTK Dapodik P2TK Dikdas di http://223.27.144.195/info.php. Terima kasih atas kunjungan anda di blog
Info Headline ini dan silahkan berikan tanggapan anda pada kotak komentar di bawah. Semoga artikel Cek Data Guru NUPTK Dapodik P2TK Dikdas di http://223.27.144.195/info.php ini bermanfaat untuk anda.
Minggu, 13 April 2014
PERKEMBANGAN SENI RUPA INDONESIA
Seperti negara lain , Indonesia juga mencatat sejarah perkembangan seni ,
khususnya Seni Rupa , dari mulai zaman prasejarah sampai zaman sekarang ,
berikut ini kami sajikan tentang Pengetahuan dan Perkembangan Seni Rupa
di Indonesia.
A. Seni Rupa Indonesia bersifat :
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian
yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi
kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga
menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan
alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang
beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam
bahan untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan
seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber
atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa
Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme
yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu
menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang
kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu :
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara
(nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda
adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki
tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan
Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti
seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang
(Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak
(food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang
berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq,
meja batu dll
khususnya Seni Rupa , dari mulai zaman prasejarah sampai zaman sekarang ,
berikut ini kami sajikan tentang Pengetahuan dan Perkembangan Seni Rupa
di Indonesia.
A. Seni Rupa Indonesia bersifat :
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian
yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi
kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga
menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan
alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang
beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam
bahan untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan
seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber
atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa
Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme
yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu
menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang
kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu :
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara
(nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda
adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki
tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan
Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti
seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang
(Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak
(food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang
berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq,
meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung
nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari
kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung
berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada
dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya.
Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang
lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan
megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda
kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak
ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang,
kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan
teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak :
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak
ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang,
kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan
teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak :
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
C. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar
abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik.
Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur
(akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal).
Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap
dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses :
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja
(kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada
sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian
(Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan
Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati,
selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh Stupa Borobudur ( Borobudur
bukan bangunan candi , tetapi bangunan stupa karena dibangun oleh umat Budha )
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya
candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta : didirikan didekat / ditengah kolam, contoh
candi Belahan
- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya
candi Jalatunda
- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya
candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk
segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua
system dalam pengelempokan candi, yaitu :
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di
tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi Prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia ) yaitu induk candi berada di
belakang anak – anak candi, contohnya candi Penataran
2) Bangunan Pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali.
Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh
dari candi penataran yaitu :
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang
berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat
keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain:
Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi
(Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan
Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu
dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan
(laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan
empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu
laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak,
kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha,
Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda –
tanda kesucian, yaitu :
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang
dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan,
yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur
bangunan candi, contohnya :
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2. Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding
/ bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan
pada stupa Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas :
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan
perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu,
Stupa Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok
Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di
Stupa Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur
seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat
dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi
memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti
pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur
baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari,
candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak
dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya
dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari
batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali /
andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu,
candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa
Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia
seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain
patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh
darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus Raja.
Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi
di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak
mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun
patung hanya sebagai hiasan saja
4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur
a. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan
system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim
ada pula perwujudan manusia bisa
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman Singasari
bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumental
- Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian
belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh tubuh
menyerupai lidah api
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,
sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergaya
Wayang (distorsi)
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim ada
pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti motif
awan dan batu karang
D. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India,
Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan
kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai
media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya
dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan
seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media
seni wayang
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian
kepada Raja / Sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1). Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun
ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung
Demak dan Mesjid Agung Banten
2). Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat
kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang
dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
3). Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari
tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti
punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi
hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India
yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam
menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat
suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti
kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis,
maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi
(disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni
yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya
sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman
Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan
hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis
seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter
Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang
mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah,
Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta
yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S. Sujoyono, seangkan
anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita
pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat
menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia
Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini,
Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan
POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar
Dewantara dan KH. Mansur
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya :
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda
(SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI)
Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia)
yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang
dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru
Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe
Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan
jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal
maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria,
Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll
F. Aliran – Aliran Seni Lukis
Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh pesatya
perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori – teori baru itu
kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya,
maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni :
1. Klasikisime, cirinya : Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah
dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher
2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama,
bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata,
berkesan tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres
3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan
sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna
dan kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya.
Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll
4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek
lukisan tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan
kesibukan – kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner
5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis)
tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab
Albercth Durer
6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat
berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna,
pelukisnya : Claude Monet, Degas, Pisarro dll
7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan
efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat
8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang
dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan
warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent Van Gogh dan para pengikutnya:
Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn
9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai
susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek
lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya
Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger
10. Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan
bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla, Severini, dan Carlo Carra
11. Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di
dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni
rupa lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich
12. Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu,
menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee
13. Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya
terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador Dali, Marc Ghagall Joan Miro dll.
14. Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya
dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni, senimannya
Tom Waselman, Cristo dan lain – lain
15. Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan
bentuk – bentuk geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur rapih dan
terperinci dengan warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William
de Kooning dan Andy Warhol
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar
abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik.
Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur
(akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal).
Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap
dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses :
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja
(kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada
sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian
(Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan
Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati,
selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh Stupa Borobudur ( Borobudur
bukan bangunan candi , tetapi bangunan stupa karena dibangun oleh umat Budha )
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya
candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta : didirikan didekat / ditengah kolam, contoh
candi Belahan
candi Jalatunda
- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya
candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk
segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua
system dalam pengelempokan candi, yaitu :
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di
tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi Prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia ) yaitu induk candi berada di
belakang anak – anak candi, contohnya candi Penataran
2) Bangunan Pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali.
Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh
dari candi penataran yaitu :
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang
berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat
keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain:
Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi
(Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan
Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu
dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan
(laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan
empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu
laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak,
kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha,
Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda –
tanda kesucian, yaitu :
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang
dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan,
yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur
bangunan candi, contohnya :
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2. Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding
/ bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan
pada stupa Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas :
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan
perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu,
Stupa Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok
Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di
Stupa Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur
seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat
dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi
memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti
pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur
baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari,
candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak
dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya
dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari
batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali /
andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu,
candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa
Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi Indonesia
seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain
patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh
darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus Raja.
Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi
di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak
mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun
patung hanya sebagai hiasan saja
4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur
a. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan
system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim
ada pula perwujudan manusia bisa
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman Singasari
bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumental
- Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian
belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang seluruh tubuh
menyerupai lidah api
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India,
sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergaya
Wayang (distorsi)
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana,
sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim ada
pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina seperti motif
awan dan batu karang
D. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India,
Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan
kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai
media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya
dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan
seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media
seni wayang
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian
kepada Raja / Sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1). Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun
ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung
Demak dan Mesjid Agung Banten
2). Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat
kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang
dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
3). Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari
tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti
punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi
hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India
yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam
menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat
suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti
kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis,
maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi
(disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni
yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya
sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman
Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan
hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis
seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter
Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang
mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah,
Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta
yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S. Sujoyono, seangkan
anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita
pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat
menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia
4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai
kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini,
Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan
POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar
Dewantara dan KH. Mansur
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya :
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda
(SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI)
Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia)
yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang
dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru
Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe
Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan
jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal
maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria,
Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll
F. Aliran – Aliran Seni Lukis
Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh pesatya
perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori – teori baru itu
kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya,
maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni :
1. Klasikisime, cirinya : Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah
dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher
2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama,
bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata,
berkesan tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres
3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan
sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna
dan kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya.
Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll
4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek
lukisan tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan
kesibukan – kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner
5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis)
tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab
Albercth Durer
6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat
berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna,
pelukisnya : Claude Monet, Degas, Pisarro dll
7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan
efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat
8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang
dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan
warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent Van Gogh dan para pengikutnya:
Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn
9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai
susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek
lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya
Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger
10. Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan
bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla, Severini, dan Carlo Carra
11. Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di
dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni
rupa lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich
12. Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu,
menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee
13. Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya
terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador Dali, Marc Ghagall Joan Miro dll.
14. Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya
dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni, senimannya
Tom Waselman, Cristo dan lain – lain
15. Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan
bentuk – bentuk geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur rapih dan
terperinci dengan warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William
de Kooning dan Andy Warhol
Langganan:
Postingan (Atom)